Dystonia adalah gangguan gerak akibat kontraksi otot yang tidak terkendali. Kondisi ini menyebabkan bagian tubuh tertentu bergerak sendiri atau berada dalam posisi abnormal, misalnya kepala miring tiba-tiba. Dengan pengobatan yang tepat, gejala distonia bisa dikendalikan agar aktivitas berjalan lancar.
Gerakan tubuh normalnya terjadi karena kontraksi otot yang disengaja sebagai respons terhadap perintah dari otak sesuai dengan tujuan dan kehendak kita. Namun, pada dystonia, otot justru berkontraksi tanpa disengaja dan berlangsung terus-menerus, bahkan saat tubuh tidak sedang bergerak.
Dystonia atau distonia termasuk salah satu bentuk kelainan pada sistem gerak. Kondisi ini sebenarnya cukup jarang terjadi. Diperkirakan hanya ada sekitar 16 kasus per 100 ribu orang, dan lebih sering dialami oleh wanita daripada pria.
Dystonia dapat terjadi pada salah satu anggota tubuh saja atau menyebar ke seluruh tubuh. Gerakan distonia umumnya lambat, tetapi bisa juga cepat, menyentak, memutar, dan terkadang menyerupai tremor. Gerakan ini umumnya memiliki pola yang sama, terjadi berulang, dan sulit dikendalikan.
Penyebab Dystonia
Penyebab dystonia masih diteliti lebih lanjut. Namun, kondisi ini diduga berkaitan dengan gangguan pada sel saraf di area ganglia basal, yaitu bagian otak yang berperan dalam mengatur gerakan dan kontraksi otot.
Distonia juga bisa terjadi akibat penyakit atau kondisi lain, seperti:
- Penyakit Parkinson
- Kelainan genetik, seperti penyakit Huntington atau Wilson’s Disease
- Cedera kepala akibat benturan atau kecelakaan
- Hipoksia otak pada bayi ketika proses persalinan
- Keracunan karbon monoksida
- Keracunan timbal
- Tumor otak
- Sindrom paraneoplastik, yaitu kondisi langka yang terjadi akibat kanker
- Infeksi, seperti ensefalitis atau tuberkulosis
- Stroke
- Cerebral palsy
- Multiple sclerosis
- Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antipsikotik atau antiemetik
Gejala Dystonia
Dystonia ditandai dengan gerakan dan posisi tubuh yang tidak normal. Gerakan ini terjadi mendadak dan berulang, terutama saat melakukan aktivitas tertentu. Pada beberapa kasus, gerakan distonia disertai nyeri yang terasa seperti kesetrum.
Distonia bisa berlangsung sebentar atau kambuh-kambuhan selama berbulan-bulan. Gejalanya bisa memburuk saat kelelahan, stres, atau cemas. Gejala distonia dapat bervariasi, tergantung pada bagian tubuh yang terkena gangguan.
Berikut adalah gejala yang muncul berdasarkan bagian tubuh yang terkena dystonia:
1. Leher
Distonia leher (cervical dystonia) dapat menyebabkan kepala berputar ke berbagai arah. Misalnya, posisi kepala menjadi miring (tortikolis), menunduk, atau mendongak secara tiba-tiba tanpa disadari.
Gejala lain yang muncul akibat dystonia leher meliputi:
- Leher kaku
- Nyeri leher yang menjalar sampai ke bahu
- Sakit kepala
- Tremor di tangan dan kepala
- Otot leher membesar
- Bahu tinggi sebelah
2. Kelopak mata
Dystonia pada kelopak mata disebut juga blefarospasme. Gejala utama dari dystonia ini adalah kedua mata berkedip terus-menerus atau malah terpejam tanpa disengaja. Akibatnya, penderita tidak dapat melihat karena sulit membuka mata.
Distonia kelopak mata tidak menimbulkan nyeri. Hanya saja, gejalanya akan sering muncul saat penderitanya mengalami stres, berinteraksi dengan orang, atau berada di ruangan yang cahayanya terang.
3. Rahang atau lidah
Distonia pada rahang atau lidah disebut juga dystonia oromandibular. Gangguan ini dapat menimbulkan gejala berupa:
- Mulut terbuka sendiri tanpa disadari
- Rahang tiba-tiba mengatup rapat
- Rahang bawah bergeser ke samping atau ke belakang, seperti bruxism
- Bibir atau lidah bergerak sendiri di luar kendali
Distonia pada rahang dan lidah juga bisa menyebabkan cadel atau malah sulit berbicara. Penderita juga mengeluarkan air liur tanpa disadari atau ngeces, serta sulit mengunyah atau menelan. Distonia ini terkadang disertai nyeri dan muncul bersamaan dengan distonia pada leher atau mata.
4. Pita suara
Dystonia pada bagian ini menyebabkan perubahan suara yang terjadi secara tiba-tiba. Suara yang keluar terdengar serak, putus-putus, lirih seperti berbisik, dan kadang disertai tremor saat berbicara. Akibatnya, kata-kata yang terucap tidak terdengar jelas atau sulit dimengerti.
Gejala distonia pita suara dapat memburuk saat penderitanya stres, berbicara di telepon, atau berada di tempat ramai maupun di depan banyak orang. Gejalanya bisa membaik saat tertawa, bernyanyi, atau berteriak.
5. Tangan
Distonia pada tangan umumnya timbul ketika anggota tubuh tersebut melakukan aktivitas berulang, misalnya saat menulis atau memainkan alat musik. Itu sebabnya distonia tangan dijuluki dengan sebutan writer’s dystonia atau musician’s dystonia.
Penderita dystonia tangan dapat mengalami gejala berikut:
- Jari, tangan, lengan, bahu kram atau kaku secara tiba-tiba
- Tangan mengepal tanpa disengaja
- Genggaman terlalu kuat saat memegang pena atau benda lainnya
- Satu atau beberapa jari tiba-tiba melurus sehingga pena atau benda terlepas dari genggaman
- Pergelangan tangan memutar, menekuk ke atas, atau malah menekuk ke bawah secara mendadak tanpa disengaja
Keluhan akibat distonia tangan terkadang mereda saat anggota tubuh tersebut tidak digunakan.
Kapan harus ke dokter
Gejala awal dystonia umumnya ringan, tetapi kondisi ini tidak boleh diabaikan. Alasannya, gejala dystonia bisa memburuk seiring waktu jika tidak ditangani dengan tepat. Oleh karena itu, periksakan diri ke dokter jika tubuh bergerak di luar kendali, terutama bila tidak membaik dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Diagnosis Dystonia
Untuk mendiagnosis dystonia, dokter akan melakukan tanya jawab dengan pasien seputar gejala yang dialami serta riwayat kesehatan pasien dan keluarganya. Sejumlah pertanyaan yang diajukan meliputi:
- Sudah berapa lama gejala dystonia terjadi
- Bagian tubuh yang mengalami dystonia
- Seberapa parah dan seberapa sering dystonia terjadi
- Apakah dystonia mengganggu aktivitas sehari-hari
- Riwayat dystonia dalam keluarga kandung
- Penyakit yang pernah atau sedang dialami
- Pengobatan yang sedang dijalani
Untuk mengetahui penyebab dystonia yang dialami pasien, dokter akan melakukan pemeriksaan tambahan berupa:
- Tes darah dan tes urine, untuk mendeteksi infeksi, zat beracun, atau gangguan lain di dalam tubuh
- Pemindaian, seperti MRI otak, untuk memeriksa apakah ada kelainan di otak, seperti tumor atau stroke
- Elektromiogram (EMG), untuk menilai aktivitas listrik di dalam otot
- Elektroensefalografi (EEG), untuk merekam aktivitas listrik otak dan mendeteksi gangguan pada otak, seperti tumor otak
- Pemeriksaan cairan serebrospinal, untuk mendeteksi infeksi, cedera, perdarahan, atau tumor di otak
- Tes genetik, untuk mendeteksi kelainan genetik yang berhubungan dengan distonia, misalnya penyakit Huntington
Berdasarkan hasil pemeriksaan, dokter akan menentukan jenis dystonia yang dialami pasien. Selanjutnya, dokter akan menentukan metode pengobatan yang tepat sesuai penyebab dan jenis dystonia.
Pengobatan Dystonia
Pengobatan dystonia bertujuan untuk mengurangi kemunculan gejala dan tingkat keparahannya. Penanganan yang diberikan dokter bergantung pada penyebab serta gejala distonia yang dialami pasien.
Penanganan dystonia dapat dilakukan melalui pemberian obat-obatan, terapi, perawatan mandiri di rumah, operasi, atau kombinasi dari keempat metode tersebut.
Obat-obatan
Berikut adalah obat-obatan yang digunakan dalam penanganan dystonia:
- Obat antikolinergik, seperti trihexyphenidyl
- Obat pelemas otot atau muscle relaxant, seperti baclofen
- Levodopa
- Carbidopa
- Clonazepam
- Diazepam
- Lorazepam
- Suntik botulinum toxin (botox)
Terapi
Berikut adalah jenis terapi yang dibutuhkan untuk menangani dystonia yaitu:
- Fisioterapi, untuk memulihkan fungsi otot yang terkena dystonia
- Terapi okupasi, untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari, seperti berpakaian atau makan
- Terapi wicara, untuk memperbaiki kualitas suara dan kemampuan berbicara pada penderita dystonia pita suara
Operasi
Operasi dilakukan jika pengobatan lain tidak berhasil atau menimbulkan efek samping yang mengganggu. Metode operasi yang dilakukan meliputi:
- Deep brain stimulation, prosedur ini dilakukan dengan merangsang otak menggunakan arus listrik untuk mengurangi gejala distonia
- Selective denervation and surgery, untuk memotong saraf otot yang terkena dystonia, terutama pada penderita dystonia leher
Perawatan mandiri di rumah
Upaya mandiri yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala distonia dan mencegahnya kambuh adalah:
- Melakukan yoga atau pilates untuk membangun kekuatan otot dan memperbaiki postur tubuh
- Melakukan meditasi atau teknik relaksasi untuk mengatasi stres yang bisa memicu kambuhnya dystonia
- Memijat atau mengompres bagian tubuh yang mengalami dystonia dengan kompres hangat atau kompres dingin untuk meringankan nyeri otot
- Menghindari konsumsi minuman berkafein dan minuman beralkohol
- Tidak melakukan aktivitas yang membuat gejala distonia muncul jika memungkinkan
Agar aman dan efektif, sebaiknya mintalah saran dokter sebelum melakukan latihan yoga atau pilates untuk meringankan dystonia.
Komplikasi Dystonia
Apabila tidak ditangani dengan tepat, dystonia dapat menyebabkan komplikasi berupa:
- Kesulitan untuk beraktivitas karena mengalami hambatan dalam bergerak
- Kesulitan menelan atau berbicara
- Gangguan penglihatan jika distonia menyerang kelopak mata
- Masalah psikologis, seperti gangguan kecemasan atau depresi
- Kelelahan dan nyeri akibat kontraksi otot yang terus-menerus
Pencegahan Dystonia
Upaya yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya dystonia antara lain:
- Menghindari stres dengan cara yang tepat, misalnya dengan melakukan meditasi atau hobi yang disukai
- Menjalani pola hidup sehat, misalnya dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, minum air putih setidaknya 6–8 gelas setiap hari, dan berolahraga secara rutin
- Beristirahat yang cukup, tidur setidaknya 7–9 jam setiap malamnya dan bangun pada jam yang sama setiap harinya
- Mengenakan alat pengaman diri ketika berkendara untuk menghindari cedera kepala atau kecelakaan
- Berobat dan kontrol rutin ke dokter jika memiliki penyakit riwayat penyakit tertentu, seperti stroke, atau kondisi lain yang bisa memicu penyakit tersebut, termasuk hipertensi dan diabetes
- Memeriksakan diri ke dokter jika mengalami infeksi mata atau infeksi telinga, karena infeksi yang terlambat diobati bisa menyebar ke otak dan merusak sistem saraf sehingga memicu dystonia