Egg freezing (oocyte cryopreservation) adalah metode yang dilakukan guna menjaga kemampuan dan peluang wanita untuk hamil di usia lanjut. Metode ini bisa menjadi pilihan bagi wanita yang memiliki kondisi kesehatan khusus atau wanita yang belum siap hamil di usia subur.
Pembekuan sel telur atau egg freezing adalah prosedur medis yang dilakukan dengan cara mengambil sel telur dari rahim, untuk kemudian dibekukan dan disimpan di laboratorium. Sel telur yang sudah dibekukan ini nantinya bisa dicairkan lalu dibuahi dengan sperma dan ditanam kembali di dalam rahim.
Kapan Egg Freezing Perlu Dilakukan?
Perlu diketahui, seorang wanita akan berada dalam masa paling subur saat usia 20–30 tahun. Ini karena pada rentang usia tersebut, sel telur sedang berada dalam kualitas terbaiknya.
Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya usia, kualitas sel telur juga akan ikut menurun. Hal ini dapat menyebabkan wanita dengan usia yang lebih tua menjadi lebih sulit hamil atau menjalani kehamilan yang berisiko tinggi.
Untuk menghindari berbagai risiko tersebut, wanita pada usia subur yang ingin menunda kehamilan, melahirkan, atau memiliki kondisi kesehatan tertentu, bisa melakukan egg freezing.
Tujuannya untuk mengawetkan sel telur yang masih baik kualitasnya, sehingga jika wanita tersebut ingin hamil nantinya, ia masih memiliki sel telur dengan kualitas sehat.
Nah, beberapa kondisi pada wanita yang mungkin perlu melakukan egg freezing adalah:
- Merasa belum siap memiliki anak saat usia subur, tetapi berencana memiliki anak di kemudian hari
- Menderita gangguan kesehatan yang memengaruhi kesuburan, misalnya anemia sel sabit atau penyakit autoimun, seperti lupus
- Sedang menjalani pengobatan atau perawatan yang mengurangi kesuburan, seperti terapi radiasi atau kemoterapi
- Sedang merencanakan program bayi tabung (fertilisasi in vitro)
Peluang terjadinya kehamilan dari prosedur egg freezing adalah sekitar 30–60%. Namun, tinggi rendahnya peluang kehamilan ini tergantung pada usia wanita saat melakukan egg freezing.
Selain itu, karena metode egg freeezing terbilang baru, masih diperlukan lebih banyak data untuk mengetahui tingkat keberhasilan egg freezing yang lebih akurat.
Proses Melakukan Egg Freezing
Jika kamu berencana untuk melakukan egg freezing, penting diketahui bahwa prosedur ini bisa memakan waktu berbulan-bulan. Pasalnya, ada cukup banyak proses egg freezing yang perlu kamu lalui.
Pada awalnya, kamu akan diminta melakukan beberapa tes untuk mendeteksi penyakit tertentu, seperti HIV atau hepatitis.
Setelah itu, kamu akan menjalani proses persiapan yang mirip dengan proses persiapan prosedur bayi tabung. Ini meliputi pemberian suntikan hormon dan obat-obatan untuk proses pematangan sel telur.
Apabila sekitar 6–15 sel telur sudah matang, proses selanjutnya adalah pengambilan sel telur dari ovarium menggunakan alat khusus yang akan dimasukkan melalui vagina. Pada proses ini, kamu akan diberikan anestesi umum.
Sel telur yang sudah diambil akan dibekukan dengan prosedur vitrifikasi (vitrification) untuk selanjutnya disimpan agar bisa digunakan di kemudian hari. Umur simpan sel telur yang sudah dibekukan biasanya maksimal 10 tahun.
Saat kamu ingin menggunakannya nanti, sel telur tersebut akan dicairkan dan yang masih utuh akan di pertemukan dengan sel sperma agar terjadi proses pembuahan. Setelah dibuahi, barulah calon zigot ini akan ditanam kembali ke dalam rahim.
Perlu diingat, metode egg freezing juga memiliki beberapa risiko efek samping, seperti bisa menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovarium, infeksi, dan perdarahan saat proses pengambilan sel telur dari ovarium. Selain itu, tidak ada jaminan juga bahwa metode egg freezing pasti berhasil.
Oleh sebab itu, bila kamu berniat untuk melakukan egg freezing, ada baiknya kamu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter, baik seputar kondisi yang kamu alami, peluang kehamilan di masa depan, risiko yang bisa terjadi, hingga biaya yang harus kamu keluarkan untuk melakukan prosedur egg freezeing.