Kejang absans adalah kondisi ketika penderitanya tiba-tiba hilang kesadaran sehingga tampak seperti melamun. Kejang absans dapat menyerang orang segala usia, tetapi umumnya dialami oleh anak-anak dan remaja. 

Kejang absans (absence seizure) disebut juga dengan petit mal atau kejang lena. Kejang ini berbeda dengan kejang lain, yang umumnya ditandai dengan gerakan tubuh tidak terkendali. Penderita kejang absans sering kali disangka suka bengong atau tidak fokus karena tiba-tiba terdiam dengan tatapan kosong.

Kejang Absans

Kejang absans biasanya berlangsung selama 10–30 detik dan penderitanya tidak bisa disadarkan saat mengalaminya. Kejang absans bisa terjadi secara acak lebih dari 10 kali per hari. Ketika kejang absans tidak terjadi, penderitanya sering kali tidak memiliki keluhan sama sekali dan bisa beraktivitas tanpa masalah.

Karena umum terjadi pada anak-anak, kejang absans bisa menyebabkan konsentrasi anak terganggu dan prestasinya menurun. Meski sebagian besar anak dengan kejang absans bisa sembuh sepenuhnya, sekitar 25% dari penderita kondisi ini bisa terkena kejang jenis lain di kemudian hari.

Penyebab Kejang Absans

Kejang absans diduga terjadi akibat kelainan genetik yang menyebabkan sinyal listrik di otak berulang terus-menerus dengan pola yang tidak normal. Kemunculan pola sinyal listrik yang tidak normal ini dapat dipicu oleh sejumlah kondisi di bawah ini:

  • Lampu yang terang dan berkedip 
  • Bernapas secara cepat (hiperventilasi), termasuk karena tertawa atau menangis
  • Tidak beristirahat atau tidur dengan cukup
  • Mengalami stres berat
  • Tidak makan secara teratur atau sering melewatkan waktu makan
  • Tidak mengonsumsi obat antikejang dengan rutin

Selain itu, ada faktor-faktor yang bisa membuat seseorang lebih berisiko terkena kejang absans, yaitu:

  • Berusia 4–14 tahun
  • Berjenis kelamin perempuan
  • Memiliki orang tua atau anggota keluarga yang menderita kejang absans
  • Menderita kejang jenis lain, seperti kejang seluruh tubuh (tonik-klonik), dan mengonsumsi obat antikejang jenis tertentu, seperti phenytoin atau gabapentin

Gejala Kejang Absans

Kejang absans dapat membuat penderitanya secara tiba-tiba berhenti beraktivitas dan diam terpaku. Kejang ini sering kali tidak disadari oleh orang di sekitar penderita karena berlangsung dengan cepat dan bisa tampak seperti melamun biasa. Oleh sebab itu, penting untuk memahami apa saja yang bisa terjadi saat kejang absans berlangsung.

Gejala yang muncul saat kejang absans terjadi antara lain:

  • Mata menatap kosong dan tanpa ekspresi
  • Berhenti melakukan aktivitas atau menjatuhkan barang yang sedang dipegang secara tiba-tiba
  • Tidak merespon saat namanya dipanggil
  • Mengunyah, meski sedang tidak makan
  • Menjilat bibir
  • Berkedip atau melirik ke atas
  • Menggosok atau menggerakkan jari

Setelah tersadar dari kejang absans, penderita biasanya tidak sadar bahwa mereka mengalami kejang. Ia akan langsung melanjutkan aktivitas seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Namun, jika periode kejang cukup panjang, penderita bisa menyadari waktu yang tiba-tiba berlalu dengan cepat.

Satu episode kejang absans biasanya berlangsung selama 10–30 detik, tetapi dapat terjadi berkali-kali dalam sehari, bahkan sampai 100 kali. Akibatnya, pekerjaan atau proses belajar dapat terganggu. Pada anak-anak, hal ini dapat menyebabkan:

  • Kemampuan belajarnya menurun
  • Kesulitan untuk berkonsentrasi
  • Penurunan prestasi atau nilai

Kapan harus ke dokter

Jika anggota keluarga atau orang terdekat sering terlihat melamun dan tidak merespon saat diajak berbicara, jangan ragu untuk berkonsultasi lewat Chat Bersama Dokter. Melalui konsultasi, dokter bisa membantu menilai kondisi pasien dan memberikan saran untuk pemeriksaan atau pengobatan sesuai kondisi yang dialami.

Jika pasien mengalami gejala berikut, segera bawa ia ke dokter atau IGD untuk mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat:

  • Mengalami kejang absans untuk pertama kalinya
  • Terus mengalami kejang meski telah mengonsumsi obat
  • Kejang lebih dari 5 menit 
  • Mengalami kejang absans lebih dari 30 kali per hari
  • Cedera saat kejang terjadi
  • Pasien tidak sadarkan diri 
  • Kesulitan bernapas setelah kejang

Diagnosis Kejang Absans

Untuk mendiagnosis kejang absans, dokter akan melakukan tanya jawab dengan pasien mengenai gejala yang terjadi. Jika pasien tidak menyadari gejala yang ia alami, dokter akan bertanya kepada keluarga atau teman dekat pasien untuk mengonfirmasi gejala kejang absans.

Jika diperlukan, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:

  • Elektroensefalografi (EEG), untuk mendeteksi gangguan pada saraf di otak
  • Tes hiperventilasi selama EEG, untuk melihat apakah bernapas secara cepat selama 2 menit
  • Foto CT Scan atau MRI kepala, untuk memeriksa apakah ada kelainan pada otak, seperti tumor atau stroke
  • Tes darah dan urin, untuk melihat apakah ada kondisi lain yang menyebabkan kejang absans

Pengobatan Kejang Absans

Dokter akan memberikan obat untuk untuk mengendalikan gejala kejang absans yang muncul. Penting untuk diingat bahwa obat-obatan ini tidak boleh digunakan tanpa seizin dokter.

Beberapa obat antikejang yang bisa diresepkan oleh dokter adalah:

Di samping obat-obatan dari dokter, pengobatan akan lebih maksimal jika didukung dengan perawatan di rumah, misalnya dengan:

  • Mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter
  • Beristirahat dan tidur yang cukup setiap hari
  • Mencatat setiap periode kejang yang disadari
  • Mempertimbangkan diet keto (tinggi lemak dan rendah karbohidrat) untuk mengurangi kejang, tetapi dengan berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu
  • Tidak mengemudikan kendaraan sebelum kejang benar-benar hilang dan mendapatkan persetujuan dari dokter
  • Tidak mandi berendam atau berenang kecuali jika ada pendamping

Komplikasi Kejang Absans

Kejang absans dapat menyebabkan komplikasi berikut:

  • Kesulitan belajar dan konsentrasi
  • Gangguan perilaku
  • Masalah dengan lingkaran sosial
  • Cedera atau kecelakaan lalu lintas

Selain itu, sebagian kecil penderita kejang absans dapat mengalami kejang yang utuh, seperti kejang tonik-klonik yang membuat seluruh tubuh kelojotan. Hal ini membuat penderita harus mengonsumsi obat antikejang seumur hidup.

Pencegahan Kejang Absans

Kejang absans sulit untuk dicegah karena kemunculan kondisi ini juga sulit diprediksi. Namun, ada upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah kondisi ini memburuk, antara lain:

  • Minum obat sesuai anjuran dokter
  • Tidur yang cukup, misalnya 8 jam setiap hari
  • Memastikan untuk beristirahat di sela-sela kesibukan
  • Menghindari stres, misalnya dengan melakukan meditasi atau yoga
  • Berolahraga secara rutin tetapi dengan tetap ditemani keluarga
  • Menghindari lampu yang terlalu terang di rumah
  • Tidak mengonsumsi minuman beralkohol
  • Tidak mengonsumsi obat tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu