Ada beragam mitos yang beredar tentang kanker serviks. Ini karena masih banyak orang belum paham tentang kanker serviks yang merupakan salah satu kanker paling umum pada wanita. Agar tidak disesatkan oleh mitos, simak beragam fakta kanker serviks di sini.
Sebagian besar kanker serviks tidak menimbulkan gejala yang khas atau bahkan tidak menunjukkan gejala apa pun pada stadium awal. Hal ini membuat kanker serviks baru terdiagnosis ketika sudah memasuki stadium lanjut.
Padahal, kanker serviks bisa dicegah dan dideteksi sejak dini sehingga penanganan bisa segera dilakukan sebelum kondisinya terlanjur parah dan lebih sulit untuk disembuhkan.
Namun, masih banyak wanita yang belum mengerti tentang hal ini. Selain itu, ada pula beragam mitos tentang kanker serviks yang banyak beredar di masyarakat sehingga Anda perlu lebih hati-hati.
Mitos dan Fakta Kanker Serviks yang Penting Diketahui
Berikut ini adalah mitos seputar kanker serviks yang umum terdengar beserta faktanya:
1. Kanker serviks tidak dapat dicegah
Pernyataan di atas tidaklah benar. Kanker serviks bisa dicegah dengan vaksin HPV dan dideteksi sejak dini melalui pemeriksaan pap smear. Bahkan, kanker serviks masih merupakan satu-satunya kanker yang bisa dicegah dengan vaksin.
Selain itu, Anda juga bisa mengurangi risiko terkena kanker serviks dengan tidak bergonta-ganti pasangan seksual, menggunakan kondom saat berhubungan intim, dan tidak merokok.
2. Terinfeksi HPV berarti menderita kanker serviks
Virus HPV merupakan penyebab utama kanker serviks. Ada lebih dari 150 tipe virus HPV, tetapi tidak semuanya dapat memicu kanker serviks. Hanya dua jenis virus HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks, yaitu HPV tipe 16 dan tipe 18.
Selain itu, lokasi tubuh yang terinfeksi HPV juga turut memengaruhi risiko terkena kanker serviks. Risiko seorang wanita terkena kanker serviks akan meningkat bila virus HPV menyerang area kelamin dan menyebabkan kutil kelamin.
3. Setelah mendapat vaksin HPV, tidak perlu menjalani pap smear
Vaksin HPV memang dapat mengurangi risiko terkena kanker serviks akibat infeksi HPV. Namun, Anda tetap perlu menjalani deteksi dini kanker serviks secara rutin melalui pemeriksaan pap smear.
Wanita usia 21–29 tahun dianjurkan untuk menjalani pap smear 3 tahun sekali, sedangkan wanita usia 30–65 tahun disarankan melakukan pap smear 5 tahun sekali.
Selain itu, alangkah baiknya jika Anda juga melakukan tes HPV DNA. Tes ini dapat memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan pemeriksaan pap smear.
Wanita usia 30 tahun ke atas disarankan untuk melakukan tes HPV DNA 5–10 tahun sekali. Sementara itu, untuk wanita yang telah hidup atau terkena HIV, dianjurkan melakukan tes HPV DNA mulai usia 25 tahun, setiap 3 –5 tahun sekali.
4. Penanganan kanker serviks bisa menimbulkan kemandulan
Mitos ini tidak sepenuhnya salah, tetapi juga tidak 100% benar. Tidak semua metode penanganan kanker serviks bisa mengganggu kesuburan. Penanganan kanker serviks berupa operasi pengangkatan rahim dan terapi radiasi di area panggul memang bisa menyebabkan kemandulan.
Namun, prosedur penanganan kanker serviks yang lain, seperti trakelektomi atau pengangkatan leher rahim, masih memungkinkan Anda dan pasangan untuk memiliki keturunan karena tidak melibatkan pengangkatan rahim.
5. Tidak ada gejala kanker berarti tidak menderita kanker serviks
Telah disebutkan sebelumnya bahwa kanker serviks tidak menimbulkan gejala pada stadium awal. Penyakit ini sering kali baru terdeteksi ketika sudah memasuki stadium lanjut dan menimbulkan gejala, seperti nyeri panggul, perdarahan setelah berhubungan seksual atau di luar masa menstruasi, dan penurunan berat badan.
Oleh karena itu, pemeriksaan serviks secara rutin penting dilakukan untuk mendeteksi keberadaan sel-sel kanker di leher rahim meski Anda tidak merasakan gejala apa pun.
6. Bila sudah divaksin HPV, tidak perlu pakai kondom lagi saat berhubungan seksual
Mitos ini tentu tidak benar. Meski sudah mendapatkan vaksin HPV, penggunaan kondom saat berhubungan intim tetap diperlukan untuk mencegah infeksi menular seksual. Selain itu, Anda juga disarankan untuk tidak melakukan seks yang berisiko, misalnya bergonta-ganti pasangan seksual.
7. Semua penderita kanker serviks tidak memiliki harapan hidup
Jika terdeteksi sejak dini, peluang untuk sembuh dari kanker serviks tergolong tinggi. Namun, jika terlambat terdeteksi dan baru terdiagnosis saat kanker serviks sudah masuk stadium lanjut, peluang untuk sembuh dari penyakit ini akan jauh lebih rendah.
Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pasien kanker serviks memiliki peluang kesembuhan sebesar 92% bila penyakit ini terdeteksi dan diobati sejak dini. Namun, jika kanker serviks terdeteksi setelah berada di stadium lanjut, peluangnya untuk sembuh hanya sekitar 17%.
Inilah alasan mengapa setiap wanita, khususnya yang sudah aktif secara seksual, dianjurkan untuk rutin menjalani pemeriksaan pap smear guna mendeteksi dini adanya kanker serviks.
Kurangnya informasi yang benar tentang kanker serviks ditambah lagi adanya berbagai mitos yang menyesatkan, bisa membuat banyak wanita salah langkah dalam menyikapi kanker serviks.
Bila Anda masih memiliki pertanyaan atau ingin mendapatkan fakta mengenai kanker serviks untuk mengklarifikasi mitos yang Anda dengar, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter.