Kebiasaan minum jamu sudah menjadi tradisi bagi orang Indonesia. Minuman yang diolah dari rempah-rempah ini dipercaya memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Karena alasan itulah, tidak sedikit orang tua yang memberikan jamu kepada anaknya. Sebenarnya, bolehkah anak minum jamu?
Di Indonesia, jamu merupakan ramuan yang berasal tumbuhan obat yang telah digunakan secara turun-temurun. Bahan-bahan yang umum digunakan untuk membuat jamu adalah jahe, temulawak, kencur, dan kunyit.
Bahan-bahan ini juga sering ditemukan pada jamu untuk anak. Salah satunya yang dipercaya dapat meningkatkan nafsu makan mereka.
Anak Boleh Minum Jamu
Salah satu tujuan pemberian jamu untuk anak adalah klaim bahwa minuman ini bisa menambah nafsu makannya. Anak-anak kerap mengalami masalah susah makan dan hal ini memang bisa membuat pusing para ibu. Alhasil, tidak sedikit ibu yang mencoba jamu untuk meningkatkan nafsu makan anak.
Sebenarnya, memberikan jamu kepada anak boleh-boleh saja, tetapi ada aturannya. Jamu jelas tidak boleh diberikan kepada anak berusia di bawah 6 bulan, karena pada usia ini anak hanya butuh nutrisi dari ASI atau susu formula.
Batasan umur anak untuk minum jamu ditentukan berdasarkan kandungannya. Sebagian besar jamu diracik dengan lebih dari satu bahan. Inilah mengapa penting bagi Bunda untuk memilih jamu yang kandungannya jelas.
Jamu yang mengandung jahe tidak dianjurkan untuk anak usia di bawah 6 tahun. Jahe sebenarnya baik untuk pencernaan. Namun, rasa jahe yang pedas dan tajam bisa menyebabkan nyeri ulu hati pada anak, terutama bila diberikan dalam jumlah banyak atau sering.
Sementara itu, jamu yang mengandung kunyit, tidak dianjurkan untuk dikonsumsi anak usia di bawah 12 tahun. Kunyit diketahui dapat mencegah penyerapan zat besi di usus. Hal ini dapat memperbesar risiko terjadinya anemia defisiensi besi pada anak, apalagi anak yang susah makan.
Untuk bahan-bahan jamu lainnya, seperti temulawak dan kencur, bukti yang menunjukkan manfaat dan efek samping penggunannya pada anak-anak masih sangat terbatas. Ditambah lagi, dosis bahan jamu di atas yang efektif dan aman untuk anak pun belum benar-benar diketahui.
Jadi, Bunda tetap disarankan untuk berhati-hati. Si Kecil mungkin bisa menyukai jamu, karena banyak jamu yang diolah dengan gula atau gula merah. Namun, jamu tidak dianjurkan untuk dikonsumsi setiap hari, maksimal hanya satu kali sebulan.
Bunda juga tidak boleh sembarangan memberikan jamu kepada anak. Bila Bunda ingin membeli jamu kemasan, pastikan produk tersebut tersegel dengan baik, telah memiliki izin edar BPOM, serta mencantumkan dengan jelas bahan-bahan yang digunakan, tanggal kedaluwarsa, dan peringatan atau cara penggunaan.
Tips Membuat Jamu untuk Anak di Rumah
Selain membeli produk jamu kemasan, Bunda juga bisa membuat jamu sendiri. Bila Bunda berniat untuk membuat jamu sendiri, ada beberapa hal yang perlu Bunda perhatikan, yaitu:
- Bahan-bahan yang digunakan harus segar dan utuh serta tidak mengandung hama.
- Bahan-bahan jamu harus dicuci dengan air mengalir hingga bersih.
- Jamu dibuat menggunakan panci stainless steel atau panci blirik, bukan panci alumunium.
- Jamu yang sudah dibuat dianjurkan untuk disimpan dalam botol kaca, bukan botol plastik.
- Tempat pembuatan jamu harus dalam kondisi bersih serta terbebas dari paparan hewan dan sampah yang berisiko membawa kuman dan jamur.
Itulah informasi pemberian jamu untuk anak yang harus Bunda ketahui. Baik jamu kemasan atau jamu sendiri, Bunda harus awasi reaksi alergi dan gangguan pencernaan yang mungkin bisa terjadi ketika Si Kecil mencobanya pertama kali.
Selain itu, bila Si Kecil memiliki suatu kondisi medis atau sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, sebaiknya konsultasikan ke dokter terlebih dahulu sebelum memberinya jamu apa pun.
Beberapa obat bisa berinteraksi dengan bahan-bahan yang sering ada di dalam jamu. Hal ini dapat membahayakan Si Kecil atau mengurangi efektivitas pengobatannya.
Bila Bunda memberikan jamu kepada Si Kecil dengan harapan bisa membuatnya nafsu makan, sebenarnya ada banyak cara untuk meningkatkan nafsu makan anak, kok. Bunda bisa mencoba untuk menghias menu makannya menjadi menarik, menciptakan suasana makan yang menyenangkan, atau mengajaknya memasak bersama.
Bila cara-cara tersebut sudah dilakukan tetapi Si Kecil tetap tidak berselera untuk makan hingga berat badannya menurun, konsultasikan ke dokter guna mendapatkan penanganan yang tepat.