Flu babi adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus influenza H1N1. Dinamakan flu babi karena penyakit ini awalnya terjadi pada babi, kemudian menginfeksi manusia. Flu babi selanjutnya menular antarmanusia dan menyebabkan pandemi pada tahun 2009.
Flu babi merupakan penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang menular dari hewan ke manusia. Penyakit ini menular dengan cepat jika seseorang menghirup percikan air liur (droplet) penderita saat bersin atau batuk. Flu babi rentan menular pada anak-anak, lansia, ibu hamil, dan orang dengan daya tahan tubuh lemah.
Salah satu cara efektif untuk mencegah flu babi adalah dengan menjalani vaksinasi secara rutin. Pada tahun 2020, beberapa peneliti menemukan bahwa virus flu babi ini banyak yang bermutasi dan menghasilkan virus jenis baru. Virus flu babi baru ini memiliki potensi untuk menyebabkan pandemi di beberapa tahun ke depan.
Penyebab Flu Babi
Flu babi disebabkan oleh virus influenza H1N1. Sama seperti virus influenza lainnya, virus tersebut akan menyerang sel-sel di hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Cara penularan virus H1N1 mirip dengan virus influenza lain, yaitu menghirup percikan air liur (droplet) dari penderita yang bersin atau batuk.
Penularan juga bisa terjadi jika droplet yang mengandung virus menempel di mata, hidung, dan mulut. Meski demikian, virus ini tidak bisa menyebar melalui konsumsi daging babi dan produknya, seperti ham atau sosis babi.
Setelah WHO menyatakan pandemi flu babi berakhir, virus H1N1 dianggap sebagai flu musiman dan dianggap hampir mirip dengan flu biasa.
Saat menjadi pandemik, flu babi paling sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda. Selain itu, risiko tertular flu babi juga meningkat pada seseorang yang tinggal atau melakukan perjalanan ke daerah wabah flu babi terjadi.
Pada beberapa orang, flu babi biasanya menimbulkan gejala yang ringan hingga sedang. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi dan memperberat gejala flu babi, yaitu:
- Sedang hamil
- Berusia di bawah 5 tahun atau di atas 65 tahun
- Menderita penyakit kronis, seperti asma, penyakit jantung, atau diabetes
- Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena menderita HIV/AIDS
- Menggunakan aspirin dalam jangka panjang, terutama jika berusia di bawah 19 tahun
- Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
- Bekerja sebagai dokter, perawat, atau tenaga kesehatan lainnya
Gejala Flu Babi
Gejala flu babi muncul 1–4 hari setelah seseorang terpapar virus H1N1. Perlu diketahui bahwa flu babi memiliki gejala yang mirip dengan flu biasa sehingga keduanya sulit dibedakan.
Gejala yang bisa muncul pada flu babi adalah:
- Demam
- Menggigil
- Batuk
- Mata merah dan berair
- Pilek dan hidung tersumbat
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan
- Ruam di kulit
- Pegal-pegal
- Kelelahan
- Diare
- Mual dan muntah
- Hilang nafsu makan
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami keluhan yang disebutkan di atas, terutama jika keluhan makin memberat dan Anda memiliki kondisi-kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi akibat flu babi, misalnya menderita penyakit kronis, sedang hamil, atau berusia lanjut.
Jika gejala yang Anda alami memburuk atau muncul tanda gawat darurat, segera ke layanan IGD rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan medis. Beberapa tanda gawat darurat yang harus Anda waspadai yaitu:
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Lumpuh otot
- Muntah-muntah hebat
- Linglung
- Kejang
Diagnosis Flu Babi
Dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien dan melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu. Setelah itu, dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani pemeriksaan lanjutan. Tujuannya adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya virus flu babi yang menyerang saluran pernapasan.
Pemeriksaan lanjutan yang akan dilakukan dokter antara lain:
- Rapid test (tes cepat), untuk mendeteksi virus flu babi dengan cara yang lebih cepat, tetapi dengan tingkat akurasi yang lebih rendah
- Tes usap (swab) hidung dan tenggorokan, untuk memastikan jenis virus yang menginfeksi
Tidak semua pasien yang mengalami gejala flu babi harus menjalani pemeriksaan lanjutan. Beberapa kondisi yang mengharuskan pasien menjalani tes tersebut adalah:
- Sudah menjalani rawat inap di rumah sakit
- Berisiko tinggi mengalami komplikasi akibat flu babi
- Tinggal bersama orang yang berisiko tinggi mengalami komplikasi flu babi
Pengobatan Flu Babi
Pengobatan flu babi akan disesuaikan dengan gejala yang dialami oleh pasien. Riwayat penyakit dan ada atau tidaknya kondisi khusus, seperti kehamilan, juga menentukan jenis pengobatan yang akan dipilih oleh dokter.
Bagi pasien yang gejalanya tergolong ringan, dokter dapat melakukan beberapa upaya berikut ini guna meredakan keluhan:
- Beristirahat dengan cukup
- Minum banyak air putih untuk menghindari dehidrasi
- Mengonsumsi obat untuk meredakan demam atau nyeri, seperti ibuprofen dan paracetamol
Meski demikian, ada sebagian kasus flu babi yang membutuhkan penanganan di rumah sakit, terutama jika pasien berisiko tinggi mengalami komplikasi. Dokter biasanya akan memberikan obat antivirus, seperti:
- Oseltamivir
- Peramivir
- Baloxavir
- Zanamivir
Perlu diingat, dokter tidak akan memberikan antibiotik untuk mengobati flu. Hal ini karena antibiotik tidak mampu membunuh virus. Meski demikian, antibiotik dapat diberikan jika pasien mengalami infeksi bakteri yang terjadi bersamaan dengan flu.
Komplikasi Flu Babi
Pada keadaan tertentu, flu babi bisa menimbukan komplikasi, seperti:
- Perburukan penyakit kronis, seperti asma atau penyakit jantung
- Pneumonia
- Bronkitis
- Infeksi telinga
- Gagal napas
- Gangguan sistem saraf, seperti kejang dan gangguan kesadaran
Pencegahan Flu Babi
Cara utama untuk menghindari flu babi adalah dengan mendapatkan vaksin influenza. Vaksin yang umumnya dianjurkan satu kali dalam 1 tahun ini bisa membantu membangun pertahanan tubuh terhadap virus H1N1.
Selain vaksin, ada beberapa cara sederhana yang bisa diterapkan untuk mencegah penularan dan penyebaran flu babi, di antaranya:
- Tetap tinggal di rumah jika sedang sakit.
- Tidak bepergian ke daerah yang sedang memiliki kasus flu babi.
- Rutin cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang memiliki kandungan alkohol 70%.
- Tutup mulut dan hidung dengan tisu ketika bersin atau batuk, kemudian buanglah tisu ke tempat sampah usai digunakan.
- Jangan berbagi barang milik pribadi, seperti handuk, dengan orang lain.
- Bersihkan permukaan benda yang sering disentuh, seperti gagang pintu.
- Hindari menyentuh area mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang belum dibersihkan.
- Hindari kontak langsung dengan penderita flu babi.