Keguguran adalah berhentinya kehamilan secara spontan saat usia kehamilan belum mencapai 20 minggu. Sebagian besar kasus keguguran terjadi pada awal kehamilan, terkadang bahkan sebelum wanita mengetahui bila dirinya hamil.
Perlu diketahui bahwa perdarahan ringan atau keluarnya bercak darah dari vagina saat hamil muda bukan selalu pertanda keguguran. Hal ini umum terjadi dalam waktu 6–12 hari setelah pembuahan, yaitu saat janin menempel di dinding rahim dan terjadi maksimal selama 3 hari. Perdarahan ini dinamakan perdarahan implantasi.
Perdarahan bisa menjadi tanda keguguran bila disertai nyeri hebat di perut bagian bawah dan disertai keluarnya jaringan atau gumpalan dari vagina. Bila mengalami kondisi tersebut, ibu hamil dianjurkan segera mendatangi pusat layanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan secepatnya.
Penyebab Keguguran
Penyebab keguguran yang paling umum adalah kelainan kromosom yang membuat bayi tidak berkembang secara normal, atau bahkan terjadi kehamilan kosong (blighted ovum). Kelainan kromoson tersebut bisa terjadi tanpa diduga, atau karena kelainan genetik yang diturunkan dari orang tua. Masalah pada plasenta juga bisa menyebabkan keguguran.
Selain itu, ada faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya keguguran, antara lain:
- Penyakit infeksi, seperti toxoplasmosis, rubella, sifilis, malaria, HIV, gonore, atau sepsis
- Penyakit autoimun, seperti lupus dan sindrom antifosfolipid
- Penyakit kronis, seperti diabetes atau penyakit ginjal
- Gangguan hormon, seperti penyakit tiroid atau PCOS
- Kelainan pada bentuk rahim atau leher rahim
- Penggunaan obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid, methotrexate, dan retinoid
- Hamil di usia lebih dari 35 tahun
- Riwayat keguguran lebih dari 2 kali
- Pola hidup tidak sehat, seperti kecanduan alkohol, merokok, atau penyalahgunaan NAPZA
- Kekurangan berat badan atau kelebihan berat badan (obesitas)
- Paparan zat beracun dan radiasi tingkat tinggi
Kondisi yang tidak menyebabkan keguguran
Perlu diketahui bahwa masih banyak orang yang meyakini beberapa kondisi di bawah ini dapat menyebabkan keguguran, padahal sebenarnya tidak. Kondisi tersebut antara lain:
- Olahraga ringan
- Berhubungan intim
- Konsumsi makanan pedas
- Naik pesawat terbang
- Bekerja, kecuali pekerjaan yang berisiko terpapar zat kimia atau radiasi
Gejala Keguguran
Gejala atau tanda keguguran yang dialami ibu hamil bisa berbeda-beda, tergantung pada jenisnya. Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing jenis keguguran dan gejalanya:
-
Keguguran yang tidak bisa dihindari (abortus insipiens)
Abortus insipiens ditandai dengan perdarahan, kram perut, dan pembukaan jalan lahir. Meski begitu, janin yang luruh belum keluar dari rahim. -
Keguguran tidak lengkap (abortus inkomplit)
Abortus inkomplit ditandai dengan perdarahan berat pada vagina, kram hebat, disertai dengan keluarnya plasenta atau janin yang luruh. Pada keguguran jenis ini, sebagian jaringan atau plasenta masih ada yang tertinggal di rahim. -
Keguguran lengkap (abortus komplit)
Sesuai namanya, keguguran ini ditandai dengan semua jaringan atau janin yang luruh keluar dari rahim. Setelah mengalami keguguran lengkap, rasa nyeri dan perdarahan yang terjadi akan berkurang secara signifikan. -
Keguguran yang terlewatkan (missed abortion)
Berbeda dari jenis lain, missed abortion terjadi karena janin tidak berkembang atau kehamilan kosong (blighted ovum). Missed abortion tidak menimbulkan gejala seperti keguguran pada umumnya sehingga ibu yang mengalaminya sering tidak sadar bahwa dirinya hamil. -
Keguguran berulang (recurrent abortion)
Keguguran berulang terjadi ketika ibu hamil mengalami dua kali atau lebih keguguran secara berturut-turut. Penyebabnya yang paling sering adalah kelainan genetik pada ibu, contohnya sindrom antifosfolipid.
Kapan harus ke dokter
Seperti telah disebutkan sebelumnya, ibu hamil bisa mengalami perdarahan implantasi. Namun, ibu hamil perlu waspada bila terjadi perdarahan dari vagina selama trimester pertama, yang dicurigai sebagai ancaman keguguran (abortus imminens).
Abortus iminens dapat berupa flek kecokelatan yang disertai gumpalan darah serta nyeri di perut bagian bawah, tetapi belum terjadi pembukaan jalan lahir. Jika hal ini terjadi, ibu hamil dianjurkan untuk segera ke IGD rumah sakit atau layanan medis terdekat, agar dokter dapat melakukan tindakan pencegahan.
Ibu hamil juga perlu segera ke dokter bila mengalami keluhan berikut pada trimester pertama kehamilan, terutama bila ada riwayat keguguran sebelumnya:
- Demam
- Muntah-muntah sampai tidak bisa makan dan minum
- Keputihan
- Nyeri saat buang air kecil
Diagnosis Keguguran
Dokter kandungan akan melakukan pemeriksaan panggul dan USG kehamilan untuk memastikan apakah terjadi keguguran atau tidak. Dokter juga akan mengukur kadar hormon hCG yang seharusnya meningkat saat kehamilan.
Jika ibu hamil mengalami lebih dari dua kali keguguran berturut-turut, dokter dapat merekomendasikan pemeriksaan lanjutan berupa:
- USG transvaginal, untuk memeriksa rahim, ovarium, leher rahim, dan area panggul
- Tes genetik, untuk memeriksa bila ada kelainan genetik pada ibu hamil atau pasangannya
- Tes darah, untuk mendeteksi penyebab keguguran akibat gangguan hormon, penggumpalan atau pengentalan darah, dan infeksi
Penanganan Keguguran
Jika pasien dinyatakan mengalami keguguran lengkap, penanganan secara khusus, termasuk kuretase, tidak perlu dilakukan. Namun, bila pasien mengalami kondisi ancaman keguguran atau dinyatakan mengalami keguguran, ada beberapa jenis penanganan yang bisa dilakukan oleh dokter, yaitu:
Perawatan kehamilan
Perawatan kehamilan dilakukan bila pasien mengalami ancaman keguguran. Dokter akan menyarankan untuk istirahat total di tempat tidur sampai perdarahan atau rasa sakit mereda.
Pasien juga dianjurkan untuk tidak berolahraga dan berhubungan seksual sampai beberapa minggu. Bila perlu, dokter akan memberikan obat penguat kandungan.
Obat-obatan
Jika pasien dinyatakan mengalami keguguran, baik janin belum keluar sama sekali maupun sudah keluar sebagian, dokter akan meresepkan obat guna mempercepat proses pembersihan. Obat tersebut bisa diminum, disuntikkan, atau dimasukkan ke dalam vagina. Contoh obat adalah oksitosin atau misoprostol.
Selain obat untuk membantu keluarnya janin, dokter dapat memberikan obat antibiotik dan obat antiperdarahan. Suntik immunoglobulin juga dapat dilakukan untuk mencegah gangguan kesehatan pada kehamilan berikutnya.
Kuret
Kuret dilakukan dengan cara melebarkan serviks (leher rahim) menggunakan alat khusus, untuk mengeluarkan jaringan ari-ari atau sisa tubuh janin di rahim. Kuret perlu dilakukan secepatnya jika pasien mengalami keguguran yang disertai dengan perdarahan hebat atau muncul gejala infeksi.
Komplikasi Keguguran
Keguguran berisiko menimbulkan infeksi akibat sisa jaringan tubuh janin yang masih tertinggal di dalam rahim. Kondisi yang dinamakan abortus septik ini ditandai dengan keluhan berupa demam, menggigil, keputihan, dan nyeri di perut bagian bawah.
Jaringan plasenta yang masih tertinggal di dalam rahim juga berisiko menyebabkan perdarahan sehingga dapat mengakibatkan anemia atau bahkan syok.
Pemulihan Mental Orang Tua Pascakeguguran
Kehilangan calon bayi tentu menimbulkan perasaan sedih, marah, hingga menyesal. Orang tua juga mungkin mengalami gangguan tidur, sering menangis, atau lemas.
Oleh karena itu, orang tua yang kehilangan calon bayi akibat keguguran bisa berbagi kesedihan dengan keluarga, teman, atau orang lain yang pernah mengalaminya. Hal ini berguna untuk mengurangi stres akibat peristiwa tersebut.
Wanita yang baru mengalami keguguran juga dapat menggunakan alat kontrasepsi, termasuk pil KB, untuk menunda kehamilan selanjutnya. Dengan begitu, kehamilan selanjutnya bisa direncanakan ketika ibu sudah benar-benar siap.
Beberapa wanita juga mengalami keluarnya ASI setelah keguguran. Hal ini dapat menambah kesedihan bagi sebagian ibu. Jika hal ini mempersulit pemulihan mental, ada beberapa cara untuk menghentikan produksi ASI setelah keguguran. Salah satunya adalah dengan mengonsumsi obat bromocriptine. Namun, obat ini memiliki sejumlah efek samping, sehingga penggunaannya harus berdasarkan arahan dari dokter.
Jika upaya tersebut tidak membantu, lakukan konsultasi ke psikolog atau psikiater. Cara ini diharapkan dapat membantu menekan perasaan depresi, kehilangan, atau rasa bersalah.
Cuti Keguguran
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 82 ayat 2, seorang pekerja perempuan yang mengalami keguguran berhak mendapatkan cuti 1,5 bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter.
Peraturan tersebut untuk memberikan waktu bagi wanita untuk beristirahat hingga kondisi fisik dan emosionalnya pulih.
Pencegahan Keguguran
Keguguran yang disebabkan oleh kelainan genetik sulit untuk dicegah. Namun, keguguran yang terjadi karena faktor lain dapat dicegah, salah satunya dengan mengonsumsi obat penguat kandungan. Selain itu, mencegah keguguran dibisa dilakukan dengan beberapa cara berikut:
- Mengonsumsi minimal 400 mcg asam folat setiap hari, setidaknya 1–2 bulan selama program kehamilan
- Menjaga berat badan ideal
- Mengonsumsi makanan bergizi seimbang
- Mengelola stres dengan baik
- Tidak merokok atau terpapar asap rokok, tidak mengonsumsi minuman beralkohol, dan tidak menggunakan obat-obatan tanpa resep dokter
- Menerima vaksin sebelum hamil sesuai anjuran dokter, untuk mencegah infeksi
- Menghindari paparan sinar radiasi dan zat beracun, seperti arsenik, timbal, dan formaldehida
- Menjalani pengobatan untuk kondisi medis, terutama gangguan kesehatan yang berisiko menyebabkan keguguran
Selain itu, konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan progesteron, seperti allylestrenol, di awal kehamilan jika Anda memiliki riwayat keguguran berulang.