Pemeriksaan sperma adalah prosedur yang dilakukan untuk menganalisis kuantitas dan kualitas sperma. Selain itu, pemeriksaan ini juga dilakukan untuk menentukan tingkat kesuburan pria.
Sperma adalah sel yang dihasilkan oleh organ reproduksi pria. Sel ini mengandung enzim yang berfungsi untuk melunakkan dinding sel telur sehingga sperma dapat masuk ke dalamnya saat proses pembuahan. Sperma yang abnormal akan sulit menembus sel telur. Hal ini bisa menghambat proses pembuahan.
Pemeriksaan sperma dilakukan melalui analisis laboratorium terhadap sampel sperma yang telah diambil. Melalui pemeriksaan ini, dokter akan menganalisis beberapa hal, antara lain jumlah, struktur atau bentuk, pergerakan, tingkat keasaman (pH), volume, warna, dan kekentalan sperma.
Tujuan dan Indikasi Pemeriksaan Sperma
Pemeriksaan sperma umumnya dilakukan untuk mengidentifikasi beberapa hal, yaitu:
-
Tingkat kesuburan pria
Pemeriksaan sperma dilakukan terhadap pria atau pasangan yang diduga memiliki masalah kesuburan. Tes ini umumnya dilakukan pada pasangan yang telah menjalani program hamil selama 12 bulan tetapi tidak kunjung mendapatkan hasil. -
Keberhasilan vasektomi
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang baru menjalani vasektomi, untuk memastikan tidak ada sperma yang terkandung di dalam semen (air mani). Pemeriksaan sperma biasanya dilakukan 1 bulan sekali dalam 3 bulan pada pria yang telah menjalani vasektomi. -
Diagnosis sindrom Klinefelter
Pemeriksaan sperma dilakukan untuk mendiagnosis salah satu penyakit, yaitu sindrom Klinefelter. Sindrom Klinefelter sendiri adalah kelainan genetik pada pria yang memiliki ekstra kromosom-X. Kondisi ini ditandai dengan infertilitas atau kemandulan.
Peringatan dan Kontraindikasi
Umumnya, tidak ada kondisi khusus yang membuat pasien tidak diperbolehkan untuk menjalani pemeriksaan sperma. Namun, jika pasien memiliki luka atau infeksi di penis atau area sekitarnya, dokter akan memberikan pengobatan terlebih dahulu sebelum menjalankan pemeriksaan sperma.
Pemeriksaan sperma juga tidak dianjurkan pada pasien yang sedang sakit atau mengalami stres berat. Hal tersebut karena kondisi kesehatan fisik maupun mental pasien dapat memengaruhi kualitas dan kuantitas sperma.
Sebelum Pemeriksaan Sperma
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh pasien sebelum menjalani pemeriksaan sperma, yaitu:
- Hindari ejakulasi selama 1–3 hari sebelum menjalani pemeriksaan.
- Hentikan kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol selama 2–5 hari sebelum menjalani pemeriksaan.
- Hentikan konsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan jumlah sperma, seperti cimetidine, spironolactone, nifedipine, atau colchicine, serta produk herbal, seperti echinacea dan John’s wort.
- Hindari penggunaan pelumas atau kondom yang mengandung bahan pembunuh sperma (spermisida).
Prosedur Pemeriksaan Sperma
Salah satu cara untuk mengumpulkan sampel sperma adalah dengan masturbasi. Klinik atau rumah sakit umumnya menyediakan ruangan khusus bagi pasien untuk mengambil sampel sperma serta wadah penampung khusus untuk sperma.
Beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam proses pengambilan sperma adalah:
- Bersihkan tangan dan penis dengan sabun dan air bersih, kemudian keringkan.
- Bukalah tutup wadah dan pastikan wadah sampel bersih, kering, dan steril.
- Posisikan wadah sampel ketika hendak ejakulasi sehingga sperma dapat masuk ke dalam wadah. Penting untuk diingat, jangan memasukkan sperma yang tumpah ke dalam wadah.
- Segera tutup wadah hingga rapat setelah sperma berhasil dikumpulkan.
- Beri nama, tanggal, dan waktu pengambilan sampel pada wadah.
Sampel sperma harus disimpan sesuai suhu tubuh. Jika suhu tempat sampel sperma disimpan terlalu hangat atau dingin, hasil pemeriksaan bisa saja menjadi kurang akurat.
Sampel sperma harus segera dibawa ke laboratorium dalam jangka waktu 30–60 menit setelah sperma diambil. Tindakan ini dilakukan untuk mendapatkan sampel sperma yang baik dan hasil tes yang akurat.
Jika pasien memiliki gangguan kesuburan yang mengakibatkan sedikit atau tidak adanya sperma yang keluar ketika ejakulasi, dokter dapat mengambil sampel sperma melalui prosedur bedah, seperti microsurgical epididymal sperm aspiration (MESA), atau testicular sperm aspiration (TESA).
Hasil Pemeriksaan Sperma
Hasil pemeriksaan sperma biasanya dapat diterima oleh pasien dalam jangka waktu 24 jam hingga 1 minggu, tergantung laboratorium klinik atau rumah sakit tempat pasien menjalani pemeriksaan. Pemeriksaan sperma dapat menunjukkan dua hasil, yaitu normal dan abnormal.
Hasil tes normal
Hasil pemeriksaan sperma dikatakan normal jika:
- Jumlah sperma: 20 juta hingga lebih dari 200 juta per mililiter (mL)
- Bentuk sperma: lebih dari 50% sperma memiliki bentuk normal
- Pergerakan sperma: setidaknya 40%–50% sperma bergerak secara normal 1 jam setelah ejakulasi dan skala pergerakan sperma 3 atau 4
- Tingkat keasaman (pH): 7,2–7,8
- Volume: 1,5-5 mL
- Warna sperma: putih hingga abu-abu
- Waktu mencair: 15–30 menit
Hasil tes abnormal
Sementara hasil pemeriksaan sperma dikatakan tidak normal jika:
- Jumlah sperma: kurang dari 20 juta/mL
- Bentuk sperma: ditemukan kelainan di kepala, bagian tengah, atau ekor sperma
- Pergerakan sperma: kurang dari 50% sperma tidak bergerak normal (asthenozoospermia)1 jam setelah ejakulasi dan skala pergerakan sperma 0, berarti sperma tidak bergerak
- Tingkat keasaman (pH): pH kurang dari 7 menunjukkan sampel sperma telah terkontaminasi atau saluran ejakulasi tersumbat, sedangkan pH lebih dari 8 menunjukkan pasien memiliki risiko infeksi
- Volume: kurang dari 1,5 mL dapat menunjukkan jumlah sperma rendah, sedangkan jika lebih dari 5 mL menunjukkan sperma terlalu encer
- Warna sperma: warna merah atau cokelat dapat menunjukkan adanya darah dalam sperma, sedangkan sperma yang berwarna kuning bisa menunjukkan risiko penyakit kuning atau efek samping obat
- Waktu mencair: tidak mencair dalam waktu 15–30 menit.
Setelah Pemeriksaan Sperma
Hasil pemeriksaan sperma abnormal belum tentu menunjukkan gangguan pada tingkat kesuburan pria. Banyak faktor yang dapat memengaruhi kualitas dan kuantitas sperma, seperti penyakit tertentu, stres, status gizi, hingga paparan radiasi.
Dokter mungkin akan menganjurkan pasien untuk kembali menjalani pemeriksaan sperma ulang. Jika hasilnya kembali abnormal, dokter akan menganjurkan pemeriksaan tambahan untuk mendeteksi gangguan yang mungkin dialami pasien. Pemeriksaan tersebut antara lain adalah:
- Tes genetik
- Tes hormon
- Tes urine (urinalisis) setelah ejakulasi
- Tes antibodi
- Pengambilan sampel jaringan testis
Dokter juga akan menganjurkan pasien melakukan beberapa upaya berikut untuk meningkatkan produksi sperma yang sehat:
- Mengonsumsi makanan yang kaya akan antioksidan, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan
- Berhenti merokok
- Berolahraga secara rutin
- Menurunkan berat badan, jika mengalami obesitas
- Mengelola stres dengan baik
- Melakukan hubungan seksual yang aman untuk menghindari penyakit menular seksual, seperti chlamydia dan gonore
Sperma juga sangat rentan terhadap berbagai faktor lingkungan, seperti paparan panas yang berlebihan atau zat kimia beracun. Untuk menjaga tingkat kesuburan, ada beberapa hal penting yang dapat dilakukan, yaitu:
- Tidak merokok
- Membatasi konsumsi minuman beralkohol
- Berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti antidepresan trisiklik, antagonis kalsium, dan suplemen penambah massa otot (steroid anabolik)
- Menghindari paparan racun, seperti pestisida dan timbal, dengan memakai alat pelindung diri jika bekerja di area yang rentan paparan bahan kimia
- Menjaga berat badan agar selalu ideal
- Berolahraga rutin, minimal 30 menit setiap hari
Komplikasi atau Efek Samping Pemeriksaan Sperma
Pemeriksaan sperma merupakan prosedur pemeriksaan yang aman dilakukan. Oleh karena itu, pemeriksaan ini umumnya tidak menyebabkan efek samping atau risiko komplikasi.
Akan tetapi, jika terdapat luka atau ruam pada penis, maka dokter akan menunda pemeriksaan dan mengobati luka tersebut terlebih dahulu.