Sebagian orang mungkin belum memahami perbedaan HIV dan AIDS. Meski sering dianggap sama, kedua kondisi tersebut sangatlah berbeda. Agar tidak salah mencerna makna HIV dan AIDS, ayo kenali perbedaannya di artikel berikut ini.
Pada dasarnya, HIV dan AIDS merupakan dua hal yang berbeda. Namun, karena penyebutannya sering berdampingan, hal ini membuat banyak orang berpikir bahwa HIV dan AIDS adalah penyakit atau gangguan yang sama. Faktanya, kedua kondisi tersebut amatlah berbeda meski saling berhubungan.
Apa Perbedaan HIV dan AIDS?
HIV (human immunodeficiency virus) merupakan virus yang menyerang sel darah putih, tepatnya sel CD4, dalam sistem kekebalan tubuh manusia. Hal ini tentunya bisa membuat tubuh lebih rentan terkena infeksi atau penyakit.
Ketika seseorang terinfeksi virus HIV dan tidak mendapatkan pengobatan yang tepat, lambat laun bisa memicu terjadinya AIDS (acquired immunodeficiency syndrome).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan AIDS adalah kondisi akibat serangan virus HIV tersebut.
Penderita AIDS pasti menderita HIV juga. Namun, tidak semua penderita HIV menderita AIDS. Ini karena beberapa pengobatan dapat memperlambat perkembangan virus dalam tubuh, sehingga HIV tidak berkembang menjadi AIDS.
Apa Perbedaan Gejala HIV dan AIDS?
Karena HIV dan AIDS merupakan kondisi yang berbeda, gejala yang ditimbulkan keduanya pun berbeda. Pada HIV, gejala awal yang dapat muncul meliputi batuk pilek, demam, sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening, serta ciri-ciri HIV di kulit berupa ruam.
Bila HIV telah berkembang menjadi AIDS, gejala yang dialami dapat lebih berat, misalnya penurunan berat badan secara drastis tanpa sebab yang jelas, bercak putih di lidah maupun bagian dalam pipi, cepat lelah, batuk berdarah, perdarahan dari alat kelamin, serta diare yang tidak kunjung sembuh.
Namun, perlu diingat bahwa gejala yang terjadi pada setiap penderita bisa berbeda-beda. Oleh karena itu, segeralah periksakan diri ke dokter untuk memastikan diagnosis. Nantinya, dokter akan melakukan tes HIV dengan cara mengambil sampel darah yang selanjutnya akan diperiksa di laboratorium.
Bila hasilnya menunjukkan adanya tanda infeksi HIV, penderitanya akan menjalani pengobatan HIV sesuai tingkat keparahan penyakit yang ia alami.
Bagaimana Cara Mencegah HIV/AIDS?
Meski istilah HIV dan AIDS berbeda, langkah pencegahan terhadap keduanya hampir sama. Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah HIV dan AIDS:
- Gunakan kondom saat berhubungan seksual.
- Hindari bergonta-ganti pasangan seksual atau seks bebas.
- Hindari penggunaan jarum suntik secara bergantian.
- Lakukan konseling dan pemeriksaan awal atau skrining secara rutin, terutama pada orang yang berisiko tinggi terinfeksi HIV, seperti PSK maupun pelaku seks bebas.
- Kontrol kehamilan secara rutin, karena ibu hamil yang menderita HIV bisa saja menularkannya ke janin.
Setelah mengetahui perbedaan HIV dan AIDS melalui penjelasan di atas, Anda perlu mewaspadai beragam gejala yang mungkin timbul akibat kondisi tersebut.
Sebenarnya, orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tidak selalu memiliki hambatan dalam kehidupan. Selama penyakitnya terkontrol dengan baik, pengobatan selalu rutin dijalani, dan pola hidup sehat tetap diterapkan, ODHA memiliki peluang hidup yang lama dan berkualitas pula layaknya orang tanpa HIV/AIDS.
Di sisi lain, orang dengan gejala HIV maupun telah terdiagnosis HIV juga perlu mencegah penularan dengan tidak menggunakan jarum suntik yang sama dengan orang lain dan tidak bergonti-ganti pasangan seksual.
Namun, bukan berarti pula ODHA tidak boleh memiliki pasangan. Selama pertumbuhan virus bisa dihambat dengan obat, pasangan dengan HIV/AIDS tetap bisa berhubungan seksual dengan sehat dan memiliki keturunan.
Nah, sekarang Anda sudah paham mengenai perbedaan HIV dan AIDS sekaligus informasi penting terkait penyakitnya. Bila Anda mengalami gejala yang mengarah ke HIV maupun AIDS dan berisiko tinggi untuk tertular, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter, ya.
Tujuannya adalah menjalani pemeriksaan dan mendapatkan diagnosis yang tepat, sehingga pengobatan dapat diperoleh sebelum penyakitnya menyebabkan komplikasi yang fatal. Selain itu, deteksi dan pengobatan dini juga bisa mencegah penularan HIV/AIDS.