Ada beragam efek ganja bagi kesehatan tubuh. Meski dapat memberikan sensasi menenangkan, ganja sebenarnya justru membuat hidup jadi tidak tenang, sebab berbagai masalah kesehatan dan jeratan hukum siap menanti Anda.

Mariyuana atau ganja berasal dari daun, batang, dan tunas tanaman Cannabis sativa. Ganja biasanya digunakan layaknya rokok dan bahkan dijadikan sebagai bahan masakan atau diseduh menjadi teh.

Berbagai Efek Ganja bagi Kesehatan Tubuh - Alodokter

Banyak orang menggunakan ganja agar merasa lebih rileks atau sangat bahagia (high). Namun, jika dikonsumsi terus-menerus dalam jangka waktu lama dan dosis yang berlebihan, efek ganja akan sangat buruk bagi kesehatan.

Efek Ganja bagi Tubuh

Ganja tergolong tanaman herba karena bisa digunakan untuk mengatasi kondisi tertentu selama pemberiannya di bawah pengawasan dokter. Meski demikian, pemakaian ganja sebagai obat masih belum disahkan secara hukum oleh pemerintah Indonesia.

Penggunaan tanaman ganja tanpa didasari oleh indikasi medis dan tidak di bawah pengawasan dokter, hanya akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan penggunanya.

Berikut ini adalah beberapa efek ganja terhadap kesehatan organ tubuh:

1. Paru-paru

Umumnya, ganja dikonsumsi dengan cara dibakar dan diisap, baik dalam bentuk rokok linting, rokok pipa, atau cerutu.

Seiring waktu, ganja dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan pembuluh darah, karena asapnya mengandung racun serta zat pemicu peradangan dan sel kanker.

Penelitian menunjukkan bahwa merokok ganja dapat meningkatkan risiko terkena bronkitis, batuk, hingga PPOK. Namun, gejala ini akan mereda jika Anda berhenti menggunakannya.

2. Otak

Terlalu lama menggunakan ganja dapat menyebabkan terhambatnya fungsi otak. Efek ganja juga dapat memengaruhi perkembangan otak pada remaja, mulai dari hilangnya fokus, berkurangnya kemampuan mengingat, dan terganggunya konsentrasi belajar.

Efek ganja pada otak dapat bersifat permanen, sehingga remaja yang menggunakan ganja sejak masa sekolah, akan terganggu prestasi akademisnya dan tentu kualitas hidupnya.

3. Sistem peredaran darah

Beberapa saat setelah mengisap ganja, detak jantung akan meningkat hingga 20–50 denyut per menit. Efek ganja yang satu ini dapat berlangsung hingga tiga jam. Bagi penderita penyakit jantung, detak jantung yang lebih cepat ini bisa meningkatkan risiko terkena serangan jantung.

Selain itu, ganja juga dapat menyebabkan naiknya tekanan darah dalam jangka pendek, risiko perdarahan, dan membuat mata menjadi merah karena pelebaran pembuluh darah.

4. Sistem pencernaan

Mengisap ganja dapat menyebabkan rasa menyengat, terbakar, atau perih di mulut dan tenggorokan. Jika ganja dikonsumsi dengan cara ditelan, maka dapat menyebabkan mual dan muntah.

Namun, pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi, efek ganja justru terlihat dapat mengobati gejala mual dan muntah.

5. Sistem kekebalan tubuh

Efek ganja diduga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Namun, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana efek ganja memengaruhi sistem kekebalan tubuh.

Di sisi lain, ganja dapat digunakan untuk meningkatkan nafsu makan pada penderita HIV dan AIDS.

6. Kehamilan dan menyusui

Mengisap ganja selama kehamilan dapat memengaruhi perkembangan otak janin, menghambat pertumbuhan janin, serta menyebabkan cacat lahir dan gangguan pada janin. Selain itu, mencampur ganja dan tembakau juga diduga dapat meningkatkan risiko bayi terlahir prematur atau berat badan lahir rendah.

Efek ganja tak hanya berbahaya bagi tumbuh kembang bayi, tetapi juga ibu hamil. Ibu hamil yang menggunakan ganja berisiko tinggi mengalami anemia, kebingungan, dan mudah lupa selama masa kehamilan.

Bagi ibu menyusui, ganja dapat membuat zat kimia yang disebut tetrahydrocannabinol (THC) terserap ke dalam ASI. Bahan kimia ini bisa bertahan di dalam ASI selama lebih dari 6 minggu, bahkan setelah penggunaan ganja dihentikan. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan bayi.

Beredar obat dari ganja yang dipercaya bermanfaat untuk kesehatan, yaitu CBD oil. Namun, meski mengandung kadar THC yang rendah, belum terbukti tidak menyebabkan kecanduan dan bagaimana keamanannya.

Selain itu, efek ganja juga bisa menimbulkan halusinasi, delusi, cemas, dan depresi. Bahkan, penggunaan ganja dalam jangka panjang dapat menyebabkan seseorang terkena gejala putus obat yang meliputi insomnia, perubahan mood, dan penurunan nafsu makan.

Tak hanya berdampak buruk bagi kesehatan, efek ganja juga bisa membuat penggunanya terjerat hukum. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, ganja termasuk dalam narkotika golongan I.

Jika ditanam, dipelihara, dimiliki, atau disimpan, seseorang dapat terkena sanksi pidana penjara palling lama 12 tahun dan denda paling banyak Rp 8.000.000.000.

Oleh karena itu, jauhkan diri Anda dari ganja, sebab kenikmatan sesaat yang diberikan ganja tidak sebanding dengak dampak kesehatan dan jeratan hukum yang dapat diperoleh.

Jika Anda memiliki gangguan kesehatan terkait penggunaan narkoba, termasuk akibat efek ganja, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan saran dan penanganan yang tepat.